Pestisida yang Ramah Lingkungan

14 02 2010

aat menyebutkan tanaman rosemary, thyme, cengkeh dan daun mint dan kebanyakan orang berpikir tentang makanan yang lezat. Berpikir lebih luas…berhektar – hektar luasnya. Bumbu – bumbu yang terkenal tersebut sekarang menjadi kunci ampuh dalam organik agrikultur melawan hama penyakit sebagaimana industri mencoba untuk memuaskan permintaan untuk buah – buahan dan sayuran diantara tumbuhnya porsi para consumer akan makanan yang diproduksi dengan cara yang lebih alamiah.

Dalam sebuah studi yang dipresentasikan dalam Pertemuan Nasional American Chemical Society’s ke – 238, para ilmuwan di Kanada melaporkan penelitian baru yang menggembirakan pada apa yang disebut “essential oil pesticides” atau “killer spices.”  Zat – zat tersebut mewakili suatu golongan baru yang relative dari insektisida alamiah yang menunjukkan janji sebagai sebuah alternative yang ramah lingkungan terhadap pestisida konvensional sementara juga memberikan resiko yang sedikit terhadap kesehatan manusia dan hewan, kata para peneliti.

“Kita sedang mengeksplorasi kegunaan potensial pestisida alamiah berdasarkan tanaman minyak  esensial yang umumnya digunakan di makanan dan minuman sebagai bumbu penyedap,” jelas presenter studi yaitu Murray Isman, Ph.D., dari Universitas British Columbia. Pestisida baru tersebut umumnya suatu campuran sejumlah kecil dari dua sampai empat  bumbu – bumbu yang berbeda terlarut dalam air. Beberapa akan manjur sekali membunuh hama sementara yang lainnya mengusir mereka.

Selama beberapa dekade, Isman dan koleganya menguji beberapa tanaman minyak esensial dan menemukan bahwa mereka mempunyai jangkauan luas dari aktifitas insektisidal melawan hama penyakit agrikultur. Beberapa produk komersil yang berbasis bumbu – bumbusekarang sedang digunakan oleh para petani yang telah menunjukkan kesuksesan dalam melindungi tumbuhan strawberry, bayam, dan tumbuhan tomat organic melawan kumbang pengrusak dan mites, kata para peneliti.

“Produk tersebut memperluas terbatasnya gudang senjata zat penumbuh organik untuk bertarung melawan hama penyakit,” jelas Isman. “Mereka hanya sebagian kecil di pasar insektisida, tetapi mereka berkembang dan mendapatkan momentum.”

Beberapa pestisida alamiah memiliki beberapa keuntungan. Tidak seperti pestisida alamiah, “killer spices” tersebut tidak membutuhkan persetujuan pengatur ekstensif dan telah siap tersedia. Keuntungan tambahannya adalah bahwa serangga kelihatannya berkurang untuk meningkatkan resistansinya, kemampuan untuk  mengindahkan toksin yang efektif, kata Isman. Mereka juga lebih aman bagi para pekerja lapanagan, yang beresiko tinggi terhadap  terekspos pestisida, jelas dia.

Namun pestisida baru juga mempunyai kekurangan. Karena tanaman minyak yang esensial cenderung cepat menguap dan terdegradasi sangat cepat pada cahaya matahari, para petani perlu untuk menerapkan pestisida berbasis bumbuterhadap tanaman pangannya lebih sering ketimbang pestisida konvensional. Beberapa tersisa hanya beberapa jam, dibandingkan dengan yang berhari – hari atau bahkan berbulan –bulan bagi pestisida konvensional. Sebagaimana pestisida alamiah tersebut kurang manjur dari pada pestisida konvensional, mereka juga harus diaplikasikan pada konsentrasi yang tinggi  untuk memperoleh tingkat yang dapat diterima dalam mengontrol hama penyakit, kata Isman. Para peneliti sekarang mencari tahu cara membuat pestisida alamiah tahan lebih lama dan lebih manjur, jelas dia.

“Mereka tidak manjur untuk mengontrol hama penaykit,” ingat Isman. Pestisida konvensional masih merupakan  cara yang paling efektif untuk mengontrol  ulat bulu, belalang, kumbang dan serangga besar lainnya pada tanaman pangan komersil, kata dia. “Namun pada suatu saat nanti, akan ada sesuatu yang bagus bagi lingkungan  dan kesehatan manusia.”

“Killer spices” tidak hanya membatasi pada penggunaan agrikultur. Beberapa menunjukkan janji sebagai toksin yang ramah lingkungan dan mengusir nyamuk, lalat, dan kecoa. Tidak seperti semprotan serangga yang konvensional, yang mempunyai bau yang menyengat, pestisida alamiah tersebut cenderung mempunyai aroma yang enak dan pedas. Banyak berisi minyak yang sama dimana digunakan pada produk aromaterapi, termasuk kayu manis dan peppermint, jelas Isman.

Para pabrikan telah sudah mengembangkan produk berbasis bumbu yang dapat mengusir kutu dan tinggi di anjing atau kucing tanpa membahayakan hewan tersebut. Para peneliti sekarang sedang mengeksplorasi penggunaan lain produk berbasis bumbu untuk penggunaan pada buah – buahan dan sayuran untuk menghancurkan mikroba, seperti E. coil dan Salmonella, yang menyebabkan keracunan makanan.

Para ilmuwan lainnya sekarang ini mengeksplorasi lavender, kemangi, bergamot, minyak nilam dan setidaknya lusinan minyak – minyak lainnya dari sumber – sumber tanaman eksotis di Cina yang potensial melawan serangga. Temuan dari studi disediakan oleh EcoSMART, sebuah perusahaan pestisida botanis bermarkas di Alpharetta, Ga.


Actions

Information

Leave a comment